Posted on

Membicarakan Berzina dan Minum-Minuman Keras Pada Hakekatnya Halal – 1

 

Kutipan

Berzina dan Minum-Minuman Keras Pada Hakekatnya Halal – 1

Topik: BERZINA DAN MINUM-MINUMAN KERAS PADA HAKEKATNYA ITU HALAL

Balas Topik Ini

Menampilkan semua 1 – 31 kiriman oleh 7 orang.

Kiriman 1

Anda menulispada 14 Juni 2009 jam 17:16

Maaf…. ini adalah sebuah opini kita sebagai manusia yang sempurna dalam berfikir, sebagaimana Tuhan berfikir yang selalu sempurna, aku yakin dilarangnya atas berzina dan minuman keras itu karena adanya hakekat halal dari keduanya. Mengapa demikian?…….

Cobalah ANDA melakukan perzinahan dan minum-minuman keras, tetapi sebelum melakukan hal tersebut JANGAN LUPA pastikan anda telah melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. ambillah wudhu terlebih dahulu sebagai iktikag baik anda akan minum dan barzina

2. Pada saat itu lakukanlah berdzikir sepanjang perjalanan menuju tempat berzina dan minum-minuman keras

3. Pada saat anda berzina dan minuman keras terus dalam hati anda tiada henti hentinya berdzikir dan berdzikir pada Allah hingga pastikan secara jasmani anda telah lupa bahwa anda telah berzina tetapi secara rohani pastikan anda tidak berzina tetapi berdzikir pada Allah…..

Karena aku pernah melakukan hal ini, tetapi masih pada batas minum minuman keras saja yaitu minum BLACK LABEL DAN CIVAS REGAL…

subhanallah….. aku mabuk tetapi dalam mabukku aku secara totalitas pikiranku hanya untuk Allah….. bahkan pada saat itu justru Allah semakin dekat padaku… secara fisik aku adalah ahli NAR tetapi benarkah aku pada saat seperti itu ahli NAR?

ini adalah proses pencarianku kepada Allah melalui jalur perbuatan haram, TETAPI tidak dapat aku katakan bahwa sangat luar biasa kebesaran ALLAH pada saat itu. .

Atau sebenarnya aku ini memang sudah ahli NAR ATAU iblis yang menjelma dalam diriku … karena aku berbuat demikian,,,, menyatukan Allah dalam konspirasi HARAM MENJADI HALAL….

Sehingga …. kata teman-temanku dan atasanku bahwa aku uni kalau mabuk yaitu selalu berdzikir dan berdzikir terus….. bahkan melakukan sholat tahajud…..

Bagaimana menurut ANDA konsep ini ?
apakah tetap HARAM?
APAKAH AKU SEBENARNYA BERJIWA IBLIS?…..

Balas Kiriman Anda IniHapus Kiriman

Kiriman 2

Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) menulispada 14 Juni 2009 jam 17:54

Ya, secara hakekatnya IBLIS aja ciptaan Allah.

Kalau seseorang dipukulin, dicaci, diperkosa hak-haknya menganggap sebagai suatu Kasih Sayang Allah ya ndak papa kalau dikatakan bahwa minuman keras dan berzina itu halal……(bagi Anda tentunya)….

Kalau punya istri atau calon istri dizinahi orang merasa ngga papa bahkan anda berterimakasih kepada orang yang menzinahi istri anda….baru mungkin anda boleh mempertimbangkan bahwa BERZINA dan MIRAS ITU HALAL…..

Jawabannya harus jujur loh ya ?????

Balas ke MuhammadLaporkan

Kiriman 3

Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) menulispada 14 Juni 2009 jam 17:55

wah, proses-nya kok persis ABUNAWAS ini…..

Balas ke MuhammadLaporkan

Kiriman 4

Arfan Saja menulispada 14 Juni 2009 jam 23:13

TUHAN koq di akal akali,semua adlh pilihan yg sifatx di prtanggung jwbkan. kata org syariat tanpa tarikat akan hampa n tarikat tanpa syariat akan sesat, bkn brarti anda sesat…. tp sy salut pendekatan anda, mungkin tdk bsa lewat kasih syangx makax lewat marahx. hahahaha

Balas ke ArfanLaporkan

Kiriman 5

Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) menulispada 15 Juni 2009 jam 7:22

@ Bung Arfan.

ha ha ha. pertanyaan satiris yang ngga harus dijawab…….

Keliatannya pakai akal, namun tidak berakal.
Keliatannya tidak pakai akal, namun berakal.
Apakah sebenarnya akal itu ???? (senyum mode on)

Balas ke MuhammadLaporkan

Kiriman 6

Betza Aldyz menulispada 15 Juni 2009 jam 8:12

iblis akan mendekati manusia dg berbagai cara, krn Allah memberikan peluang pd iblis utk melakukan semaunya. Tp Allah jg membuka pintu ampun dr barat ke timur yg tdk akan tertutup hg matahari terbit dr barat pd kita,umat manusia.
Berzina n Miras adalah haram, apapun alasannya…. Sdgkan hidayah Allah datang pd siapapun yg Dia kehendaki. Jk kita terbiasa dg perbuatan haram tp Allah masih memberi Nur pd hati kita, knp kita tdk bersujud mohon ampun atas dosa2 kita n bersujud syukur bahwa kita masih diberi kesempatan bertobat.
Pantaskah kita durhaka pd Allah SWT, sedangkan kita makan dr rezeki yd Dia berikan n kita hidup diatas bumi, yg mutlak milik Nya?

Balas ke BetzaLaporkan

Kiriman 7

Zainal Abidin A menulispada 15 Juni 2009 jam 8:23

Mmmh..HALAL dan HARAM
Perbuatan ya perbuatan..Halal dan Haram itu relatif untuk setiap orang..kita harus benar2 objektif dalam menilai suatu perbuatan..jangan berdasarkan Prasangka semata, tetapi harus sesuai dengan fakta dan realita.
Saya ambil contoh :
Ada suatu Perbuatan “membunuh”…kita semua tau bahwa itu diharamkan…seandainya pembunuhan itu dilakukan atas dasar “berjihad”.tidakkah terjadi pergeseran dari haram menjadi halal?..begitu pula dengan suatu perbuatan baik, jika didasarkan pada hawa nafsu seperti riya,atau motif lain negatif…tidakkah terjadi pergeseran dari halal menjadi haram?

Kalau menurut saya Perbuatan ya perbuatan..tidak ada halal atau haramnya….suatu perbuatan dikatakan halal atau haram tergantung siapa KOMANDANNYA….HAWA NAFSU atau AKAL YANG TERPIMPIN….

Tuhan sendiri saya rasa pernah melakukan tindakan yang dinilai “negatif”….tetapi itu adalah wuju dari CINTANYA kepada makhlukNya….marilah kita renungkan..

Balas ke ZainalLaporkan

Kiriman 8

Hary Pripun menulispada 15 Juni 2009 jam 8:38

HALAL adalah tidak melekat pada tindakan n keadaan..HARAM adalah Melekat pada tindakan n keadaan..makanya klo sedang dalam keadaan mabok pa zina ga sah heboh..tenang n datar ja, lihatlah dan cukup amat2ti tindakan qta sebagaimana adanya n ga sah merespon trhdap tindakan qta termasuk pikiran jangan merespon..amat2ti..amat2ti saja, oc boz!! selamat berproses!!

Balas ke Hary Laporkan

Kiriman 9

Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) menulis13 jam yang lalu

Dosa hati dan Dosa kemasyarakatan…..

Melekat dan tidak melekatnya pada tindakan n keadaan merupakan wilayah dosa-dosa hati

Miras merupakan dosa kemasyarakat, maka berlaku istilah manfaat daripada mudharat, baru kemunculan haram.

wallahua’lam……

Balas ke MuhammadLaporkan

Kiriman 10

Kj Rasyid menulis11 jam yang lalu

hmm… kemaksiatan yg dilakukan dan akhirnya menimbulkan pertaubatan, lebih berharga dibandingkan sebuah peribadatan yg berisi sifat riya’, kesombongan, dan mencari pengakuan diri…

jadi???

Balas ke KjLaporkan

Kiriman 11

Anda menulis4 detik yang lalu

SUBHANALLAH…… Maha Suci Allah….. ini adalah lafal DZIKIR…. Maha suci memiliki makna kata kesombonan karena esensiNya…….Esensinya Allah memang layak sombong dan memuji diriNya adalah maha segala…….
Kesombongan Allah ternyata mengandung makna kesucian Allah yang emang serba maha….. sehingga esensi kesombongan Allah menjadi sirna dalam Kemahaan dari segala sesuatunya……

HIngga hukum TITIK KESEIMBANGAN ALLAH dalam membuat surga berpasangan pada neraka, membuat dunia berpasangan pada akhirat…

Membuat HARAM berpasangan pada HALAL …. realitas hukum keseimbangan Allah dalam segala ciptaanNya memiliki makna yang sama dimata Allah dan pola pikir Allah….

Ini berarti bahwa HALAL DAN HARAM HANYA BERLAKU DALAM HUKUM KESEIMBANGAN dalam tatanan Syariat…….

Benar sekali …….. kalau HALAL adalah tidak melekat pada tindakan n keadaan..HARAM adalah Melekat pada tindakan n keadaan..

artinya apabila keduanya dilakukan tanpa unsur dan komponen HALAL dan HARAM maka terjadilah hukum TITIK BALANCING KESEMPURNAAN HALAL DAN HARAM………

Balas Kiriman Anda IniHapus KirimanSunting Kiriman

Kiriman 12

Febriady Hamsi Tamal menulispada 19 Juni 2009 jam 12:48

Apa pun yang di anggap HALAL itu bisa menjadi HARAM hukumnya jika tidak terjadi keseimbangan dalam pemanfaatannya.

Yang di katakan HARAM tetaplah HARAM (jgn dibalik lagi),karena itu menyangkut aturan main,jika ingin memutar balikkannya silahkan untuk mempertanggung jawabkan,

HALAL = PERINGATAN agar nantinya kita tidak tiba pada perbuatan yang di HARAMkan

Balas ke FEBRIADYLaporkan

Kiriman 13

Agus Sunandar membalas kiriman Muhammad16 jam yang lalu

kebenaran sejati hanyalah milik Sang Halik, maka ketika yang anda kemukakan itu moho di cerna lagi, apakah saat itu anda dalam keadaan sadar-sesadar-sadarny (memakai tendensi hukum,–akal-fikiran-hati nurani) ataukah terlepas dari kontrol anda, mhn maaf bila salah,kebenaran sejati hanyalah milik Sang Halik

Balas ke AgusLaporkan

Kiriman 14

Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) menulis15 jam yang lalu

Wah, lama2 saya yang dlo’if ini kok semakin bingung ya…….

Intinya begitu, tapi kok dibahasakan jadi beda-beda yak ? Yang bahasa inti itu kalau dibadar ya jelas kontradiktif. Wong namanya fikiran dan bahasa itu bisa mengkorupsi makna dan pengalaman yang sebenarnya.

Ada pemahaman yang lebih baik untuk diri sendiri saja, karena itu merupakan adab. Dan hanyalah seper-sekian saja yang terkata.

Memang dalam kehidupan, selain kita memahami Diri di dalam diri, kita juga harus memahami juga apa yang membentuk diri-diri kita. Diri tidak pernah mengarahkan kepada yang BATHIL, namun diri-diri kitalah yang membentuk itu.

Balas ke MuhammadLaporkan

Kiriman 15

Muhammad Arif Darmawan (Universitas Gadjah Mada) menulis14 jam yang lalu

Diri hanya mengenal Cahaya, namun diri-diri kadang hanya melihat bayangannya…….

Apabila memahami Cahaya, harus difahami pula bentuk-bentuk bayangan yang muncul ketika Cahaya itu mengenai materi……

Janganlah kita terjebak pada alam bayang-bayang dan menjadikan diri kita tidak sejalan dengan Diri dan membuatnya mengejar bayang-bayang dari Diri.

Mengenal Diri itu termasuk mengenal diri-diri kita yang lain, yang entah sampai kapan diri-diri kita yang lain itu bisa dikendalikan. Karena matinya diri hanya bisa terjadi karena tiga hal :

1. Mati secara jasad (karena diri ada karena ruuh berada dalam kandungan badan)
2. Kosongnya diri dan terserap ke dalam Diri (fana dsb)
3. Mengosongkan diri melalui penghambaan

Apa yang dikatakan Mas Rasjid itu benar, dalam artian apabila ke-sholeh-an kita memunculkan diri-diri yang lain maka itu lebih buruk dari diri yang malu, merasa hina setelah melakukan dosa.

KARENA merasa TIDAK berdosa juga merupakan suatu bentuk munculnya diri-diri yang lain.

Peran aturan syari’at bukanlah untuk memunculkan diri-diri yang lain, namun adalah untuk menghilangkan diri-diri yang lain karena penghambaan kepada Allah yang menjadikan diri itu selaras dengan Diri.

"Kenalilah dirimu, maka engkau akan mengenal Tuhanmu, dan kenalilah Diri-mu melalui Allah" (Wallahu a’lam).

Maka metode pengosongan syari’ah adalah melakukan semua karena Allah, karena melakukan semua karena Allah adalah dalam rangka mengosongkan kehendak diri yang cenderung dipengaruhi oleh diri-diri rendah kita.

Implikasi dari peraturan syari’ah yang sering kita lupakan adalah, ia merupakan pedoman untuk melakukan TAZKIYYAH al-MADANIYYAH, sedangkan tarekat merupakan pedoman untuk melakukan TAZKIYYAH al-NAFS serta pembersihan-pembersihan sisi internal (Tazkiyyah ar-Ruuh, Tazkiyyah Qolb, Tazkiyyah as-Siir).

Silahkan IKHWAN wal AKHWAT menerjemahkan dimanakan letak halal dan haram dalam konteks TAZKIYYAH, karena pada intinya TAZKIYYAH itu sendiri adalah proses mengenal Diri dalam individu maupun proses mengenal "DIRI" suatu masyarakat.

Dalam hal ini, kita harus memakai paradigma 360 derajat. Mengapa paradigma 360 derajat ? Bahwasanya apa yang kita lakukan terhadap makrokosmos, terjadi pula dalam mikrokosmos. Apa yang terjadi dalam jagad gumelar akan mengimbas pada jagad gumulung. Berparadigma 360 derajat adalah memandang bahwa TAZKIYYAH al-MADANIYYAH adalah dalam rangkan TAZKIYYAH NAFS bukan memandang TAZKIYYAH al-MADANIYYAH dengan meninggalkan TAZKIYYAH al-NAFS.

Nah, HALAL dan HARAM itu peraturan agar diri-diri liar menjadi lebih mudah untuk mengenal DIRI. Namun, tidak sedikit pula yang SECARA COSTLY harus mengenal diri-diri liar melalui mengikutinya dahulu……

Ibarat proses membuat serum dengan memasukkan VIRUS ke dalam SISTEM, sehingga SISTEM itu mampu untuk membuat pertahanannya sendiri.

Namun, VIRUS yang satu berbeda dengan yang lain. Aku melalui VIRUS PEMIKIR BEBAS dan bukan VIRUS PEZINA, jadi ketika melihat pemikir bebas, aku lebih bisa memahami dibandingkan dengan melihat pezina. AKHIRNYA ITU SUBYEKTIF.

Kalau semua manusia adalah pemikir bebas, maka yang terjadi adalah sistem barat yang sekarang ini memporak-porandakan tatanan sehingga membuat kita TERPAKSA harus bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga melupakan kebutuhan YANG LEBIH TINGGI yaitu mengenal diri.

Kalau semua manusia adalah pezina, maka tidak bisa membayangkan seperti apa dunia ini. Karena hanya SEBAGIAN BESAR dan bukan semuanya menjadi pemikir bebas dan pezina-pun, dunia sudah carut marut seperti ini dan carut marutnya dunia-pun akan berpengaruh terhadap PROSES snkronisasi diri dengan Diri.

MAKA, YANG HALAL TETAPLAH HALAL, YANG HARAM TETAPLAH HARAM, meski yang mengecap sang pezina HARAM juga belum tentu lebih dekat kepada Allah atau lebih mengenal DIRI……

GITU !!!!!!!!!!!!

PEACE….

Apakah yang benar adalah TAKUTLAH KAMU HANYA KEPADA ALLAH DIMANA KAMU BERADA daripada kamu TAKUT PADA HALAL DAN HARAM?

Apakah yang benar JANGAN TAKUT KEPADA ALLAH TETAPI TULUS IKHLASLAH KEPADA ALLAH daripada TULUS IKHLAS kepada HALAM DAN HARAM?

Apakah yang benar TUNDUK, PATUH, HORMAT,SAYANG, CINTA KASIH DAN LENYAPKANLAH DIRIKU KEPADA DAN DIHADAPAN ALLAH daripada DIHADAPAN HALAL DAN HARAM?

Apakah yang benar DIRIKU TIDAK PERNAH ADA KARENA ADANYA ALLAH DALAM DIRIKU TETAPI DIRIKU INI BUKANLAH ALLAH daripada adanya diriku karena tulus ikhlas, lahir batin, tunduk hanya pada HALAM DAN HARAM?

Apakah yang benar DIRIKU INI HARAM karena yang HALAL HANYA ALLAH SWT?

Apakah yang benar TIDAK ADA DIRIKU DIRIMU, TIDAK ADA HALAL HARAM dalam diriku karena yang ada hanya adaNya ALLAH SWT?

Apakah yang benar TIDAK ADA SEMUANYA KARENA YANG ADA HANYA TITIK DZAT ALLAH SWT daripada yang ada dalam diriku HALAL DAN HARAM?

Apakah memang yang benar HANYA ALLAH SWT?

Subhanallah………. Subhanallah………. Subhanallah……..

Semua telah berfikir dalam explorasi pikiran kita untuk mengenal diri kita, karena banyak pikiran-pikiran kita yang hebat tetapi tidak mengenal diri kita masing-masing………….. bahkan mengenal diri kita masing-masing………… bukan mengenal diri kita karena ALLAH

Semua telah menghasilkan pemikiran-pemikiran kebenaran, pembelajaran dan keimanan serta keislaman semoga tidak hanya bertumpu pada hakekat HALAL DAN HARAM tetapi tulus – keikhlsan hanya kepada ALLAH SWT?

MASIH ADAKAH HALAL DAN HARAMnya sebuah perbuatan apabila semuanya telah tulus dengan ikhlas HANYA KEPADA ALLAH SWT KARENA MEMANG YANG ADA HANYA ALLAH?

Apakah HALAL DAN HARAM itu hak manusia atau HAK ALLAH? mohon maaf…. menurutku HALAL HARAM itu hanya HAK ALLAH setitik katapun bahkah setitik niatpun HALAL HARAM hanya HAK ALLAH DAN MILIK ALLAH SERTA PREROGATIF PENUH HAK ALLAH karena HALAL DAN HARAM adalah sebuah VONIS yang hanya dimiliki oleh ALLAH SWT bagaimana kita dapat menyebut sebuah perbuatan itu HALAL ATAU HARAM sementara itu hanya hak prerogatif ALLAH secara mutlak?

MUNGKIN KARENA DAMPAK KATA-KATA HALAL DAN HARAM YANG SERING DIUCAPKAN OLEH SEORANG MUSLIM, BERIMAN, KYAI, USTAD,SYAIKH dan lainnya ORANG MENJADI TAKUT MASUK ISLAM, ORANG MENJADI TAKUT BELAJAR SYARIAT ISLAM, KARENA ADANYA HALAL HARAM dan tudingan sebuah perbuatan itu HALAL DAN HARAM.

LANTAS BAGAIMANA KALAU KITA MASIH SERING TERJEBAK DAN MEMVONIS SEGALA SESUATU ITU HALAL DAN HARAM sementara vonis itu hanya HAK ALLAH semata

Semoga dihati kita semua hanya yang ada tulus iklash kepada ALLAH SWT. hingga kita dapat menyebarkannya kesemua umat manusia. Amin……..Amin…..Amin…………….

Balas ke MuhammadLaporkan

 

Tinggalkan komentar